JAYAPURA, FAJAR -- Kondisi keamanan di
bumi Papua kembali terusik. Kemarin insiden penembakan terjadi di
Bandara Mulia, Puncak Jaya. Pesawat Trigana Air jenis Twin Otter DHC
6300 PK-YRF ditembaki kelompok tidak dikenal ketika hendak landing.
Karena insiden tersebut, seorang wartawan Papua Pos Nabire Leiron
Kogoya, 35, tewas setelah terkena tembakan di leher kanan. Sementara
itu, empat orang lainnya mengalami luka. Yakni, pilot Beby Astek, 40;
kopilot Willy Resubun, 30; ibu rumah tangga Yanti Korwa, 30; dan Pako
Korwa, 4.
Penembakan itu juga mengakibatkan pesawat mengalami kerusakan di bagian
hidrolis. Alhasil, pesawat mengalami gangguan saat mendarat.
Cenderawasih Pos (Group FAJAR) melaporkan, peristiwa itu
bermula ketika pesawat terbang dari Nabire dengan tujuan Bandara Mulia,
Puncak Jaya, sekitar pukul 07.25 WIT. Nah, saat masih di udara dan
hendak mendarat, pesawat tiba-tiba ditembaki orang tak dikenal yang
jumlahnya diperkirakan lebih dari lima. Setelah melepaskan tembakan,
mereka langsung melarikan diri ke dalam hutan.
Direktur Operasi Trigana Air Beni Sumaryanto mengatakan, pesawat
tersebut berpenumpang delapan orang. ”Pesawat tertembak pada bagian
hidrolis sehingga saat pendaratan sempat mengalami gangguan. Namun,
dapat mendarat dengan baik,” ucapnya.
Evakuasi para korban luka dari Bandara Mulia ke Jayapura baru berhasil
dilakukan pada pukul 15.30 WIT. Para korban luka dibawa ke RS Dian
Harapan, Waena, Jayapura, untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
”Untuk pelayanan penerbangan ke Mulia, Puncak Jaya, kami masih menunggu
informasi selanjutnya dari petugas kepolisian maupun aparat di sana.
Sebelum mendapat informasi tentang keamanan di sana, kami belum
memberikan pelayanan ke sana,” ujarnya.
Sementara itu, Kabidhumas Polda Papua AKBP Yohannes Nugroho Wicaksono
mengatakan, para penembak diduga dari kelompok orang tidak dikenal
(OTK). Mereka kini sedang dikejar polisi yang dibantu anggota TNI.
”Anggota di Puncak Jaya juga telah melakukan olah TKP untuk mencari
barang bukti,” tandasnya.
Sumber lainnya menyebutkan, karena tembakan itu, pesawat keluar
landasan dan sempat menabrak bangunan. ”Tangki pesawat berlubang karena
terkena tembakan. Beruntung, tidak meledak, meski sempat menabrak
bangunan di sekitar bandara,” ujarnya.
Di pihak lain, Pemimpin Umum Papua Pos Nabire Angel Berta Sinaga
mengakui bahwa Leiron adalah wartawan media tersebut. ”Saya tugaskan
sementara di Puncak Jaya untuk mengabarkan perkembangan pilkada di
sana,” tuturnya.
Angel mengutarakan, tidak ada hal yang aneh ketika wartawannya
ditugaskan ke Puncak Jaya. Sebab, Leiron adalah orang asli Papua yang
kedua orang tuanya juga tinggal di Puncak Jaya.
Kirim Tim ke Puncak Jaya
Sementara itu, tim Bareskrim dan Baharkam Mabes Polri langsung
melakukan rapat koordinasi untuk menangani insiden tersebut. Satu tim
BKO Mabes Polri yang selama ini stand by di Jayapura akan
digerakkan ke lokasi. Kadivhumas Polri Irjen Saud Usman Nasution
mengatakan, penanganan pertama di lokasi adalah sterilisasi bandara.
Karena itu, pengiriman bantuan, baik medis maupun personel pasukan
pemburu, juga terhambat. ”Tiap dua jam sekali Kapolda Papua
berkoordinasi dengan kita,” kata mantan Kadensus 88 Antiteror
tersebut.
Pesawat perintis jenis Twin Otter milik PT Trigana Air Service ditembaki
orang tak dikenal sesaat sebelum mendarat di Bandara Mulia sekitar
pukul 08.25 WIT (06.25 WIB). Seorang penumpang, Leiron Kogoya, tewas
gara-gara terkena tembakan di leher.
Leiron adalah wartawan surat kabar lokal yang sedang dalam perjalanan
untuk meliput pilkada Puncak Jaya yang akan berlangsung pekan ini.
Karena tembakan itu, pesawat mendarat dengan keras dan menabrak sebuah
gudang penyimpanan di pinggir bandara.
Bandara Mulia selama ini rawan penyerangan. Kapolsek Puncak Jaya AKP
Dominggus Awes juga tewas Oktober tahun lalu di lokasi tersebut. Dia
disergap tiga orang dan ditembak dengan revolvernya sendiri. Penyerang
lantas lari ke hutan dan perbukitan di sekitar bandara.
Menurut Saud, secara geografis lingkungan Bandara Mulia memang ideal
untuk persembunyian kelompok bersenjata. Selain hutannya lebat dengan
tipologi pepohonan tinggi, banyak lembah untuk melarikan diri. ”Saat ini
pasukan yang di lokasi masih melakukan pengejaran,” ucap dia. (*/sil)