Hi quest ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  need help ?

Ko Dengan Sa Harus SADAR Bahwa Bangsa PAPUA Sedang Dimusnahkan

Written By Unknown on Rabu, 30 April 2014 | 16.49


Papua merupakan sebuah wilayah yang sangat luas, jika diukur dengan pulau Jawa, luas wilayah Papua mencapai tiga kali lipat dari pulau Jawa. Tidak hanya luas, namun Papua juga terkenal sebagai Pulau yang kaya akan berbagai macam kekayaan alam, yang banyak negara yang berlomba - lomba untuk menanamkan modalnya di tanah Papua. 

Namun sangat yang sangat disayangkan adalah, luasnya wilayah Papua dan melimpahnya kandungan kekayaan alam Papua ini, tak sejalan dengan perkembangan Jumlah Penduduk Asli Papua. Dimana tercatat dalam data pemilihan legis latif tahun 2014, jumlah penduduk Asli Papua hanya mencapai kurang lebih 1,7 Juta jiwa dari 250 suku penduduk asli Papua. Melihat jumlah ini, tentu sangat memprihatinkan, dimana dengan luas wilayah begitu besar dan dengan jumlah suku yang yang banyak serta kekayaan alam yang melimpah, bagai mana mungkin jumlah Orang Asli Papua hanya mencapai 1,7 Juta jiwa di Tahun 2014 ?

Dengan melihat kondisi ini, tentu sangatlah mengherankan, jika dibandingkan dengan jumlah penduduk asli Papua New Guinea (PNG), yang mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan sejak tahun 1975 hingga tahun 2010 saja, jumlah penduduk asli PNG mencapai 10 juta jiwa lebih. Hal ini berbanding terbalik dengan kondisi Papua, dimana pada tahun 1969 jumlah penduduk asli Papua mencapai 800 ribu jiwa lebih, sedangkan jumlah penduduk PNG 6 tahun setelah pendataan di Papua, tepatnya pada tahun 1975, jumlah penduduk PNG hanya mencapai 500 ribu jiwa lebih, namun setelah 35 tahun kemudian jumlah penduduk PNG mencapai 10 juta jiwa, hal ini sangat berbeda dengan Papua yang dimana setelah 45 tahun, jumlah Penduduk asli Papua hanya mencapai 1,7 juta jiwa.

Dengan melihat jumlah ini, dan fakta-fakta yang terjadi di Papua selama ini, maka sangatlah benar dikatakan bahwa sedang terjadi GENOSIDA secara besar-besaran dan tersistematis yang dilakukan oleh Indonesia kepada Orang Asli Papua. Maka bukan tidak mungkin jika 15 tahun ke depan , Orang Asli Papua akan musnah dari bumi PAPUA, untuk itu saya ingin menyeruhkan kepada Orang Asli Papua untuk segerah SADAR akan situasi ini, sebab jika kita diam, peradapan Bangsa PAPUA hanya akan menjadi sebuah cerita dongeng bagi kaum penjajah.

" Ko Dengan Sa Harus SADAR Bahwa Bangsa PAPUA Sedang Dimusnahkan"
 
" Kalo Ko PAPUA dan Masih Ingin Menjaga Warisan Leluhur dan tulang Belulang Bangsa PAPUA, Maka Mari Kita LAWAN, Sebelum Kita Habis ! " 
16.49 | 1 komentar

Kutuk 51 Tahun Hari Anegsasi Papua, AMP Akan Gelar Aksi Gabungan Di Yogyakarta

Written By Unknown on Selasa, 29 April 2014 | 00.34

Logo AMP dan Peta West Papua (PH)

Yogyakarta - setiap tahun, pada tanggal 1 Mei selalu diperingati selalu diperingati oleh para aktivis dan kaum buruh di berbagai negara di dunia sebagai "Hari Buruh Internasional", peringatan hari buruh ini selalu dilakukan dengan cara menggelar aksi secara besar-besaran, sehingga, setiap memasuki tanggal 1 mei, hampir setiap negara - negara di duni termaksud Indonesia, selalu memperketat pengamanan dengan menambahkan jumlah pasukan guna menjaga keberlangsungan aksi yang digelar oleh kaum buruh. Dengan penambahan jumlah pasukan oleh pemerintah, peringatan hari buruh yang selalu diperingati setiap tahun pada tanggal 1 Mei, hampir selalu berujung pada bentrokan antara aparan keamanan dan demonstran di berbagai negara.
Namun terlepas dari peringatan hari buruh yang selalu diperingati setiap tahun pada tanggal 1 Mei itu, ada sebuah sejarah buram lainnya yang juga jatuh pada tanggal 1 Mei 1963, yang dimana, peristiwa ini mengakibatkan Bangsa PAPUA harus terjerumus didalam Penjajahan Negara Republik Indonesia hingga saat ini. Peristiwa ini sering disebut dan diperingati oleh Indonesia sebagai hari kembalinya Irian Barat ke Indonesia, atau yang sering disebut sebagai hari Integrasi, Namun bagi Rakyat PAPUA 1 Mei bukanlah hari Integrasi, melainkan hari ANEGSASI, sebab Rakyat West PAPUA merasa tidak pernah menjadi bagian dari Negara Indonesia pada tahun-tahun sebelumnya, dan pada umumnya Rakyat West PAPUA pun tidak pernah bersepakat untuk bergabung dengan Indonesia. 
Untuk itu, Rakyat West PAPUA berpendapat bahwa 1 Mei bukanlah hari Integrasi, melainkan hari ANEGSASI, sebab umumnya Rakyat West PAPUA yang memiliki HAK atas Tanah PAPUA, tidak pernah dilibatkan sama sekali dalam pembahasan status West PAPUA, selain itu, Rakyat West PAPUA pun merasa terpaksa harus bergabung dengan Indonesia, karena berada dibawah tekanan senjata militer Indonesia yang telah menggelar operasi militer di PAPUA, sejak dikumandangkannya Tiga Komando Rakyat (TRIKORA) oleh Ir. Soekarno, pada tanggal 19 Desember 1961 hingga saat ini.
Keterlibatan PBB dan Amerika Serikat dalam memberikan kekuasaan administrasi atas West PAPUA kepada Indonesia pada tanggal 1 Mei 1963, merupakan sejarah buram yang mengakibatkan Rakyat West PAPUA harus terus berjuang melawan Penjajahan yang dilakukan oleh Indonesia, selain itu, keterlibatan PBB yang tidak netral dalam menangani status PAPUA, membuat Rakyat West PAPUA hingga saat ini, masih sangat meragukan kinerja sebuah lembaga Internasional seperti PBB ini. Dimana keputusan PBB dalam memberikan kekuasaan adminstrasi kepada Indonesia atas West PAPUA, lebih cenderung memihak kepada Indonesia atas dasar kepentingan Amerika Serikat sebagai negara Adidaya yang sangat memiliki pengaruh yang besar di PBB.
Dengan melihat rentetan sejarah buram, keterlibatan PBB dan Amerika Serikat, serta Belanda dalam memutuskan status West PAPUA, dan untuk mengutuk 51 tahun hari ANEGSASI Indonesia atas West PAPUA , maka Aliansi Mahasiswa PAPUA [ AMP ]Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta - Jawa Tengah, berencana untuk menggelar aksi gabungan pada : 

Hari / Tanggal : Kamis, 1 Mei 2014

Waktu          : 08 : 00 WIB - Selesai

Bentuk Aksi    : Long Mach

Rute Aksi      : Asrama Mahasiswa PAPUA "KAMASAN I" - OKM Yogya

Titik Kumpul   : Asrama Mahasiswa PAPUA "KAMASAN I"

Thema Aksi     : HAK MENENTUKAN NASIB SENDIRI, SOLUSI DEMOKRATIS BAGI RAKYAT PAPUA"


00.34 | 0 komentar

Pernyataan Resmi Gen.TRWP Mathias Wenda atas "Baku Tembak Di Perbatasan West Papua dan Papua New Guinea"

Written By Unknown on Selasa, 08 April 2014 | 03.56


Mendengar peristiwa yang ramai disiarkan di Tanah PAPUA belakangan ini tentang peristiwa baku tembak dan pengibaran Bendera Negara WEST PAPUA Sang Bintang Kejora di Kantor Perbatasan WEST PAPUA - PNG menggantikan Bendera Kolonial NKRI Sang Merah-Putih, maka PMNEWS menyempatkan diri menelepon langsung ke Gen. TRWP MATHIAS WENDA untuk meminta penjelasan apakah penyebutan namanya dan pasukannya benar atau tidak.
Dalam balasan singkat tanpa panjang-lebar menyapa seperti biasanya, Gen. berbintang empat ini menyatakan,
"Ya, itu saya yang perintahkan. Saya bertanggungjawab penuh kepada bangsa PAPUA maupun kepada masyarakat internasional atas peristiwa ini. Sudah diserukan berminggu-minggu orangPAPUA jangan ikut Pemilu penjajah, jadi semua orang PAPUA supaya dengar. Kalau tidak dengar, kekacauan akan terus berlanjut,"
katanya.
Lebih lanjut katanya,
"PAPUA MERDEKA itu harga mati! Orang PAPUA ikut Pemilu NKRI setiap lima tahun terus-menerus itu maksudnya apa? Maksudnya berjuang dalam hati? Berjuang dalam doa? Berjuang tanpa bekerja dan tinggal pangku tangan baru minta Amerika Serikat dan Eropa turunkan kemerdekaan dari  luar? Mana bukti orang PAPUA mau merdeka? Hanya mengemis dialogue ke Jakarta? Hanya mengemis UU Otsus, Otsus Plus kalau tidak referendum? Siapa yang ajar kamu main politik murahan seperti itu?"
PMNEWS selanjutnya bermaksud menanyakan kronologi insiden dan keterangan lanjutan, akan tetapi dengan sangat meminta maaf, sang Jenderal meminta supaya komunikasi untuk sementara diputuskan dan akan dilanjutkan beberapa hari kemudian.
Dari cara berkomunikasi Sang Jendera Rimbaraya New Guinea, yang dijuluki beberapa pejabat di PAPUANew Guinea sebagai Bapak Melanesia ini PMNEWS mendapatkan kesan Gen. TRWP MATHIAS WENDApada saat menerima telepon masih dalam perjalanan. Oleh karena itu PMNEWS memutuskan hubungan telepon dimaksud.
03.56 | 0 komentar

Dubes Vanuatu Untuk PBB Berjanji Perjuangkan Isu Papua Barat

Written By Unknown on Sabtu, 05 April 2014 | 18.17

Odo Tevi (tengah) saat masih menjabat sebagai Gubernur Bangk Vanuatu (IST)
    Jayapura, 4/4 (Jubi) – Duta Besar Vanuatu untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang baru dilantik, Odo Tevi, meyakinkan pemerintah dan rakyat Vanuatu, ia akan memperjuangkan isu Papua Barat di PBB, selain isu kepulauan Matius dan Hunter serta perubahan iklim.
    Dilansir dari dailyvanuatu.com, dihadapan Kepala Negara, Iolu Abil, Wakil Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri, Edward Natapei, Pejabat Luar Negeri dan Pejabat Senior Vanuatu, Tevi berjanji akan menjaga momentum yang telah dbangun oleh pemerintah Vanuatu saat ini dengan PBB di New York.
    “Saya akan bekerja sama Perdana Menteri Moana Karkas dan menjaga momentum dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa atas apa yang dicita-citakan Vanuatu, seperti isu Papua Barat , masalah HAM dan Perubahan Iklim, terutama dalam berkaitan dengan efek yang telah di negara-negara yang lebih kecil di Kepulauan Pasifik,” kata Duta Besar Vanuatu yang baru diangkat tak lama setelah menerima surat dari Kepala Negara dan bersumpah setia yang dihadapan Jaksa Agung Vanuatu, Ismail Kalsakau, Kamis (3/4)
    “Saya bersumpah bahwa PBB akan mendengar suara Vanuatu berulang-ulang pada masalah ini (Papua, HAM dan perubahan iklim-red).” tambah Tevi yang menggantikan Donald Kalpokas.
    Presiden Abbil, Kepala Negara Vanuatu dalam pernyataan singkatnya mengatakan ia memiliki setiap keyakinan dan kepercayaan pada Duta Besar Tevi. Menurutnya, Tevi memiliki kualitas , nilai dan kepercayaan untuk pekerjaan yang akan ia lakukan di New York .
    “Citra negara ini akan tercermin dalam pekerjaan Anda. Kita tidak ingin Anda terlibat dalam penjualan paspor dan isu-isu terkait.”Presiden Abbil memperingatkan Tevi. (Jubi/Victor Mambor)

18.17 | 0 komentar

1 x 24 Jam Ditahan, Aktivis Mahasiswa Disiksa Polisi

Written By Unknown on Jumat, 04 April 2014 | 23.35

Alfares Kapisa saat memeriksakan lukanya di RS Dian Harapan (Jubi/Aprila)
Jayapura, 3/4 (Jubi) – Dua mahasiswa yang ditangkap polisi sejak Rabu (2/4) kemarin karena memimpin demonstrasi pembebasan Tahanan Politik Papua luka berat karena disiksa polisi.
“Kami dipukul tidak seperti manusia. Tubuh kami penuh dengan darah. Tengah malam baru dokter dari kepolisian masuk kasih mandi, membersihkan darah dan luka.”  kata Alfares Kapisa, salah satu dari dua mahasiswa yang ditangkap polisi kemarin, kepada Jubi, Kamis (3/4) malam saat memeriksakan lukanya di Rumah Sakit Dian Harapan, Waena.
Alfares bersama Yali Wenda dilepaskan oleh polisi di Polresta Jayapura sekitar pukul 14.00 WP. Keduanya ditahan polisi karena dianggap melanggar kesepakatan dengan polisi dalam melakukan aksi demonstrasi kemarin.
“Kami tidak keluarkan Surat Tanda Terima Pemberitahuan (STTP) karena saat ini sedang masa kampanye, Kami izinkan mereka lakukan aksi karena sebelumnya minta izin lakukan mimbar damai saja bukan longmarch,” kata Kapolres Jayapura Kota, Ajun Komisaris Besar (Pol) Alfred Papare, Rabu (2/4) petang.
Yali Wenda telinganya harus dijahit 3 jahitan akibat pukulan polisi (IST)
Yali Wenda telinganya harus dijahit 3 jahitan akibat pukulan polisi (IST)


Menurut dia, kedua korlap itu ditahan untuk diperiksa karena massa aksi hendak melakukan aksi long march di depan auditorium Universitas Cendrawasih (Uncen), Abepura. Polisi punya waktu memeriksa keduanya selama 1 x 24 jam sejak ditangkap.
Namun bukannya diperiksa, kedua aktivis mahasiswa ini malah disiksa oleh polisi selama masa penahanan mereka yang cuma 1 x 24 jam itu. Keduanya dipukul dengan popor senjata, rotan dan ditendang menggunakan sepatu.
Seorang warga yang secara kebetulan berada di Polresta Jayapura, kemarin, mengaku melihat kedua mahasiswa itu diturunkan dari truck polisi yang membawa keduanya sudah dalam keadaan tubuh penuh bekas pukulan.
“Kasihan, muka mereka sudah hancur, berdarah, waktu diturunkan dari truck polisi. Saya juga sempat lihat seorang polisi di ruang tahanan bertanya kepada rekannya sambil menunjukkan popor senjata yang dipegangnya. Mungkin itu kode mereka untuk bertanya, dipukul pakai senjata atau tidak.” kata warga Distrik Jayapura Selatan ini.
Wajah Alfares, saat dijumpai di RS Dian Harapan terlihat lebam karena bekas pukulan. Bagian bawah matanya bengkak. Di pelipis matanya tampak bekas darah yang sudah mengering.
“Dokter paksa kami ganti baju untuk hilangkan barang bukti. Kami dipukul dari kaki sampai kepala. Semua badan kami dipukuli. Kepala saya bocor. Saya rasa tulang rusuk saya patah.” kata Alfares sambil menunjukkan luka dan bekas darah di kepalanya.
Markus Haluk, aktivis HAM Papua yang menjenguk Alfares menambahkan telinga Yali Wenda yang ditangkap bersama Alfares harus dijahit sebanyak tiga jahitan.
“Sekarang mereka setengah mati untuk duduk. Makan juga masih sulit. Tubuh mereka masih gemetaran.” tambah Haluk.
Terkait aksi dan penangkapan Alfares dan Yali ini, Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Uncen, Yoan Wanbipman mengatakan BEM Uncen telah menyurati Kapolda Papua untuk melakukan pertemuan. Pertemuan antara mahasiswa, dosen, dan aparat kepolisian ini rencananya akan dilakukan Jumat (4/4) besok. (Jubi/Victor Mambor)

Sumber : www.abloidjubi.com
23.35 | 0 komentar

Dua Mahasiswa Terkait Aksi "Bebaskan Tapol" Mengaku Disetrum Polisi

Bekas Setrum Pada Leher Alvares (Jubi/Aprila)
Jayapura, 4/4 (Jubi) – Alvares Kapissa dan Yali Wenda, dua mahasiswa Universitas Cendrawasih (Uncen) yang ditangkap polisi sejak Rabu (2/4) kemarin karena memimpin demonstrasi pembebasan Tahanan Politik Papua, mengaku luka berat karena disiksa polisi. Bukan hanya itu, keduanya mengaku juga disetrum.
“Kita di atas truk, ditendang, dipukul dengan rotan, senjata, tameng dipakai untuk tindis-tindis (menindih-red) kita,” ungkap Yali Wenda kepada tabloidjubi.com di Waena, Jayapura, Jumat (4/4) petang.
Masih di atas truk itu juga, ungkapnya lagi, dia bersama Alvares disetrum bergantian sampai tiba di Polresta. “Sampai di sana sekitar setengah jam, kami berdua duduk saja dalam keadaan kesakitan,” kata mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial (FISIP) Uncen itu.
Selanjutnya, kata dia, polisi meminta melepas jas almamater yang mereka pakai dan sudah penuh noda darah, lantas menggantinya dengan baju baru yang sudah disediakan.
Polisi mencuci jas almamater kuning itu dan mengembalikannya pada saat keduanya akan keluar.
Dia melanjutkan, dia dan rekannya itu berbaring sekitar  satu jam di sel. Tak lama dari situ ada dokter perempuan yang datang membersihkan luka-luka keduanya, termasuk menjahit telinga Yali yang sobek tanpa bius.
Keesokannya, sekitar pukul 08.00 – 11.00 WIT, keduanya kembali dimintai keterangan. Dan baru pada pukul 12.00 dibebaskan.

Bekas Setrum Pada Punggung Yali (Jubi/Aprila)
Bekas Setrum Pada Punggung Yali (Jubi/Aprila)

Alvares Kapissa, menambahkan, dia diciduk oleh Kabagops Polresta sebelum sempat mengatakan apapun, sebelum akhirnya diangkut ke truk. Dia juga mengaku dipukuli di bagian wajah oleh satu orang anggota polisi berpakaian preman.
Waktu akan dipaksa naik dengan didorong, seorang polisi memegang kemaluan saya sambil ditendang. Jari-jari kaki diinjak dengan sepatu. Luka kecil di kaki Yali yang kelihatan, polisi bilang ini luka ka? Langsung mereka tusuk dengan bambu dan putar-putar luka itu. Saya juga disetrum bergantian dengan Yali,”ungkap Alvares yang tercatat sebagai mahasiswa fakultas kedokteran Uncen itu.
Alvares membantah pernyataan polisi yang mengatakan keduanya ditahan setelah terjadi pelemparan kepada polisi. Menurutnya, dia bermaksud kordinasi dengan polisi karena truk yang disediakan pihak universitas untuk mengangkut mahasiswa yang hendak berdemo ada di sekretariat BEM Uncen. Namun belum sempat dia berbicara, polisi langsung membekapnya dan menaikkan mereka di atas truk polisi. Di atas truk itu, kata Alvares, ada sekitar 10 orang polisi yang memukul keduanya.
” Setelah saya di atas truk baru ada yang lempar. Kita juga tidak tau siapa yang lempar-lempar itu. Jadi mereka tahan kami dulu baru ada yang lempar. Bukan karena ada yang lempar, akhirnya mereka tangkap kami.” kata Alvares.
Kedua mahasiswa ini dilepaskan dari tahanan polisi karena tidak terbukti melakukan pelemparan kepada polisi. (Jubi/Aprila)

Sumber : www.tabloidjubi.com
23.27 | 0 komentar

Blog Archives

Total Tayangan Halaman