Hi quest ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  need help ?

Papua Dinilai Masih Dalam Situasi Perdamaian Negatif

Written By Unknown on Jumat, 17 April 2015 | 22.58

Jakarta, Jubi/Antara – Papua kini dalam kondisi perdamaian negatif setelah perang terbuka berhenti, tetapi kondisi sosial ekonomi masyarakat belum dalam kondisi yang baik, kata Peneliti Senior Ridwan al-Makassary.
“Papua hari ini konflik bersenjata dalam tingkat dan ragam mengalami perdamaian negatif, tidak ada perang terbuka, tetapi kondisi sosial ekonomi belum baik,” kata Peneliti Senior Papua Peace And Development Action (Papeda) Institute Ridwan al-Makassary dalam acara Peluncuran Indeks Intensitas Kekerasan 2015 SNPK The Habibie Center di Jakarta, Kamis (16/4/2015).
Kini, ia menilai Papua sudah bukan ‘land of violence’ dan tempat konflik berdarah, melainkan tempat yang relatif aman setelah konflik bersenjata antara pemerintah dan gerakan separatis berhenti.
Papua, kata dia, masih memiliki ‘pekerjaan rumah’ mengubah perdamaian negatif ke arah perdamaian positif dengan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Selain itu, ia menuturkan untuk mendapatkan perdamaian yang positif Papua juga harus berjuang memenuhi keadilan hak asasi manusia (HAM) dan demokrasi.
“Papua harus berjuang mencapai perdamaian positif dengan menghadirkan keadilan HAM dan demokrasi,” kata dia.
Untuk itu, ia menyarankan pemerintah mendukung perdamaian yang sudah tercipta di tanah Papua dengan menghindari cara kekerasan untuk memperjuangkan perdamaian di sana.
Ia juga mengimbau gerakan separatis tidak menggunakan cara kekerasan untuk memperjuangkan kepentingannya karena konflik bersenjata hanya akan membuat masyarakat sipil menderita dan menghilangkan ‘prestasi’ yang telah dicapai di Papua.
“Rakyat Papua menginginkan perdamaian dan itu harus diperjuangkan bersama-sama antara pemerintah, sipil, akademisi dan gerakan,” tutur dia.
Berdasarkan data Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan The Habibie Center, kekerasan yang paling banyak terjadi di Papua adalah separatisme, yakni sebanyak 42 kali selama 2014 yang menimbulkan 34 korban jiwa, 37 korban luka-luka dan banyak kerusakan bangunan.
Menurut John Galtung ada dua makna perdamaian, yakni perdamaian negatif di mana tidak ada perang dan perdamaian positif yang menunjukkan situasi tanpa kekerasan, baik kekerasan langsung, struktural, kultural dan ekonomi. (*)
22.58 | 0 komentar

Tradisi Bakar Batu di Papua

Bakar batu mahasiswa Stiper-Sentani-Papua-ist
Jayapura, Jubi- Memasak makanan dengan membakar batu adalah tradisi yang biasa dilakukan oleh masarakat di pedalaman Tengah Papua. Masarakat Paniai Suku Mee menyebutnya Gapiia, sedangkan masyarakat di Lembah Baliem Suku Dani Lembah menamakan Kit Oba Isogoa.
Upacara bakar batu di Pedalaman Papua termasuk tradisi penting dalam upacara menyambut pesta panen sebagai rasa syukur. Menyambut kebahagiaan atas kelahiran, kematian atau persiapan kaum pria menjelang perang suku.
Tradisi bakar batu sejak lama dilakukan karena masyarakat di pedalaman maupun di pesisir pantai termasuk masyarakat suku Byak belum mengenal cara memasak memakai pancau atau sejenisnya hingga praktis menggunakan bakar batu. Ada beberapa masyarakat yang memakai tembikar atau sempe untuk membakar sagu atau pun memasak seperti di Teluk Humbold dan masyarakat di Danau Sentani.
Persiapan bakar batu, masing-masing kelompok klen menyerahkan babi(wam), petatas( epere). Babi sebagai persembahan, ada yang menari, ada pula yang menyiapkan batu dan kayu untuk dibakar. Bahkan daun-daun alang-alang dan batu-batu pengalas pemasak makanan. Batu mulanya dibakar di atas tumpukan kayu hingga panas berwarna merah.
Kemudian babi yang akan dimasukan ke dalam batu panas, dipanah oleh kepala suku dan dilakukan secara bergantian. Ada pandangan yang cukup unik dalam ritual memanah babi ini, apabila semua kepala suku memanah seketika itu babi langsung mati. Pertanda acara sukses, sedangkan jika tak langsung mati, diyakini pesta adat berlangsung sukses.
Setelah daun dan sayuran serta bahan siap untuk dimasak, kaum lelaki mulai menggali lubang yang cukup dalam. Di dalam lobang itu kemudian batu panas dimasukan ke dalam galian yang sudah diberi alas daun pisang dan alang-alang sebagai penghalang agar uap panas batu tidak menguap. (Dominggus Mampioper)
22.53 | 0 komentar

Kunjungan Jokowi ke Puncak Jaya Masih Sebatas Wacana

Sekretaris Daerah Papua, Hery Dosinaen - Jubi/Alex
Jayapura, Jubi – Sekretaris Daerah Papua, Hery Dosinaen mengatakan rencana kunjungan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) ke Kabupaten Puncak Jaya masih sebatas wacanan. Pasalnya sampai hari ini Pemerintah Provinsi Papua belum menerima laporan resmi dari pihak Kepresidenan.
“Soal kunjungan ke Puncak Jaya itu masih wacana saja. Kalau sudah pasti dari pihak protokoler kepresidenan akan menyampaikan dan memberikan informasi kepada pemerintah daerah,” kata Hery Dosinaen kepada wartawan, di Jayapura, Papua, Jumat (17/4/2015).
Kalau seandainya hal itu betul, ujar dia, sudah pasti seluruh stakeholder akan bersama sama mempersiapkan kedatangan orang nomor satu di Indonesia. Namun yang paling penting, harus ada timbal balik dari kunjungan tersebut serta output dan outcame dari kunjungan tersebut.
“Pastinya pak Presiden melihat kondisi objektif dengan lihat kearifan lokal di Papua. Pasti kita yakin ada kebijakan sektoral yang mengakomodir semua aspek di Tanah Papua,” ucapnya.
Selain rencana kunjungan ke Puncak Jaya, kata Dosinaen, Jokowi juga direncanakan akan berkunjung ke Merauke pada Mei 2015 untuk melakukan panen raya padi seluas 300 hektar.
“Informasi yang didapat, lahan seluas 300 Ha itu adalah milik PT Medco Grup, Arifin Ponegoro. Dimana

areal tanaman padi ini adalah sawah modern yang ia kembangkan di Merauke,” katanya.

Sebelumnya. Pangdam XVII/Cenderawasih Mayor Jenderal TNI Fransen G. Siahaan mengatakan Presiden Indonesia, Jokowi berkeinginan bertemu dan berdialog dengan kelompok Organisasi Papua Merdeka, termasuk Goliat Tabuni yang diberitakan oleh media massa telah menyerahkan diri.
“Pak Presiden Joko Widodo merencanakan kunjungi Papua, terutama ke Puncak Jaya, dan akan bertemu dengan sejumlah tokoh masyarakat maupun adat di sana,” kata Mayor Jenderal TNI Fransen G. Siahaan, Rabu (25/3/2015), seperti dikutip antaranews.com.(Alexander Loen)
22.46 | 0 komentar

Panglima OPM Ancam Angkat Senjata Jika Jokowi ke Papua

Written By Unknown on Sabtu, 28 Maret 2015 | 17.28


VIVA.co.id - Panglima Organisasi Papua Merdeka (OPM) Jenderal Goliat Tabuni menginstruksikan pasukannya untuk siaga I dan menyiapkan senjata jika Presiden Joko Widodo (Jokowi) benar-benar akan berkunjung ke Papua bulan Mei nanti.

"Goliat dan pasukannya siaga dengan 120 senjata jika benar Presiden datang ke Papua," kata Deerd Tabuni, adik dari pimpinan OPM yang berkuasa di wilayah Tingginambut, Papua, Kamis 26 Maret 2015.

Menurut Deerd, Goliat menyatakan belum pernah diberitahu tentang kedatangan presiden ke Papua apalagi kedatangan itu berkaitan dengan dirinya.


"Kalau ada issu itu belum diketahui, karena belum pernah dikomunikasikan," ujar Deerd.

Menurut Deerd, saat ini, Goliat Tabuni masih berstatus Panglima OPM dan belum pernah menyatakan menyerah kepada TNI dan bergabung ke NKRI seperti yang didesas-desuskan sebelumnya.

"Goliat tegaskan, dia tak akan pernah menyerah, karena mandat seluruh pejuang OPM yang ada di Tanah Papua dari Merauke hingga Sorong sudah dipegang," kata Deerd Tabuni.
Goliat juga menyangkal klaim TNI yang menyatakan 23 pasukan OPM menyerahkan diri. Menurut Goliat, yang menyerahkan diri itu bukan anggota OPM melainkan masyarakat biasa yang tinggal di Tingginambut.

17.28 | 0 komentar

Tolak Kunjungan Menlu RI, Rakyat Kepulauan Salomon Serukan Kemerdekan Papua

Written By Unknown on Minggu, 01 Maret 2015 | 17.24

Juru Bicara Kepulauan Salomon Untuj West Papua
 
Ian Ronie (C) dan rakyat Sipil mengancungkan tangan Mendukung Kemerdekaan Papua (Photo: Kadamana/Salomon Star)
Jakarta, Jubi – Kunjungan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Retno Marsudi ke Kepulauan Salomon, Sabtu (28/2) pagi ini disambut dengan demontrasi Rakyat. Rakyat sipil negara itu mendukung hak penentuan nasib sendiri bagi Rakyat Melanesia di Papua Barat.
Dilaporkan Salomon Star, Sabtu (28/2/2015) Organisasi Rakyat Sipil negara ini mendukung gerakan kemerdekaan Papua Barat. Mereka melakukan demontrasi damai menentang pendudukan Indonesia di Papua Barat dalam lima puluh tahun terakhir.
“Kita tidak punya apa-apa terhadap kunjungan ini tetapi kami mau pemerintah mengangkat isu Papua Barat ketika menlu Indonesia tiba di sini,” kata juru bicara Kepulauan Salomon Untuk West Papua (SIFWP) dan musisi terkemuka negeri itu, Ian Ronie kepada Salomon Star.
Ia menambahkan ini kesempatan untuk pemerintah Kepulauan Salomon menyoal isu pelanggaran Hak Asasi Manusia yang dilakukan TNI terhadap Rakyat Papua Barat kepada Menlu Indonesia. Kelompok Hak Asasi Manusia Internasional, dikutip oleh media Kepulauan Solomon ini mengatakan sejak Indonesia menduduki Papua Barat sejak 50 tahun lalu, lebih puluhan ribu orang Papua terbunuh di tangan militer Indonesia.
Koalisi Rakyat Sipil melakukan pengibaran Bintang Fajar di lokasi strategis di Honiara untuk memperlihatkan kepada Marsudi kalau mereka muak melihat pendudukan Indonesia di Papua Barat. Katanya, Marsudi melakukan pertemuan dengan wakil perdana Menteri Douglas Ete and menteri Urusan Luar Negeri Milner Tozaka
Sementara itu, Ronie mengatakan Kepulauan Salomon belum jelas dukungannya terhadap Papua Barat karena hubungan diplomatik dengan pemerintah Indonesia. Katanya, terbukti pemerintah Kepulauan Salomon baru saja membuka kantor perwakilan di Jakarta tahun lalu.
Ronie mengatakan kelompoknya bertujuan bergabung dengan kelompok internasional untuk menekan pemerintah Indonesia memberikan kemerdekaan kepada Papua Barat yang berjuang untuk itu. “Kami bertujuan melihat Papua Barat mendapatkan kebebasan dan kami sesama Melanesia harus berdiri dengan mereka, ”katanya.
Dua hari lalu, Marsudi melakukan kunjungan hubungan bilateral di PNG. Sabtu pagi, ia tiba di Kepulauan Salomo untuk melakukan pembicaraan kerja sama dan siangnya meneruskan perjalanan ke Fiji. Pembicaraan kerja sama akan dibicarakan dan melanjutkan perjalanan ke New Zealand. (Mawel Benny)
17.24 | 0 komentar

Indonesia Janjikan US$ 20 Juta Untuk Peningkatan Kapasitas MSG

Pertemuan antara delegasi Menlu Indonesia dan Menlu PNG - kemlu.go.id
Jayapura, Jubi – Memulai kunjungannya ke tiga negara Melanesia, yakni Papua Nugini (PNG), Fiji dan Kepulauan Solomon, Menteri Luar (menlu) Negeri Republik Indonesia, Retno L.P. Marsudi memberikan mesin pemroses kerang dan modul bagi pelatihan UMKM untuk membuat perhiasan berbahan dasar kerang, yang rencananya akan dilaksanakan tahun ini di PNG.
Siaran pers Kementrian Luar Negeri Indonesia yang diterima Jubi, Sabtu (28/2/2015) menyebutkan bahwa kunjungan Menlu Indonesia ke PNG adalah untuk meningkatkan kerangka Kemitraan Strategis yang disetujui pada Plan of Action tahun 2013. Menlu Indonesia sendiri tiba di PNG Jumat (27/2/2015) pagi.
Dalam kunjungan ini, Menlu Indonesia telah bertemu dengan Menlu PNG, Rimbink Pato. Kedua Menlu sepakat bahwa tim teknis kedua negara akan melakukan pertemuan pada tahun ini untuk mendiskusikan ruang lingkup kerja sama pengembangan kapasitas yang dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin bagi pembangunan Papua Nugini.
Kedua Menlu sepakat mendorong sektor swasta dalam melakukan perdagangan dan investasi lintas batas yang lebih besar.
“Selain kerja sama di bidang ekonomi, RI dan Papua Nugini juga sepakat bekerja sama dalam pemajuan konektivitas serta hubungan antar masyarakat (people-to-people), peningkatan manajemen perbatasan serta penguatan kerja sama di bidang peningkatan kapasitas dan bantuan teknis,” demikian salah satu poin yang disampaikan dalam siaran pers Kemenlu Indonesia.
Disampaikan pula melalui siaran pers ini, Menlu Retno Marsudi telah menegaskan kembali komitmen Indonesia untuk mendukung Papua Nugini sebagai ketua di APEC pada tahun 2018, sebagaimana diputuskan dalam APEC Leaders’ Declaration di Beijing tahun lalu.
“RI dan Papua Nugini juga akan bekerja sama di bidang kepemudaan dan olahraga, pendidikan, serta hubungan antar-budaya dan antar-masyarakat di daerah perbatasan. Kedua Menlu menyambut baik rencana peresmian tugu perbatasan Indonesia-Papua Nugini serta kantor Border Development Agency (BDA) di perbatasan Skouw-Wutung di tahun ini,” bunyi poin lain dalam siaran pers Kemenlu.
Baik Retno maupun Pato mendiskusikan kemungkinan memajukan transportasi udara, infrastruktur jalan di daerah perbatasan serta fasilitas visa-on-arrival untuk meningkatkan pariwisata dan bisnis lintas batas melalui konektivitas yang lebih baik.
Dalam kesempatan kunjungan ini, menlu Indonesia memberikan mesin pemroses kerang dan modul bagi pelatihan UMKM untuk membuat perhiasan berbahan dasar kerang, yang rencananya akan dilaksanakan tahun ini di PNG. Sedangkan Rimbink Pato menyampaikan undangan bagi Menlu Retno untuk hadir di Forum Kepulauan Pasifik pada 7-11 September mendatang di Port Moresby. Sebagai balasan undangan ini, Menlu Retno juga mengundang Papua Nugini untuk menghadiri Peringatan 60 Tahun Konferensi Asia Afrika pada tanggal 19-24 April 2015. (Victor Mambor)
17.20 | 0 komentar

Blog Archives

Total Tayangan Halaman