Hi quest ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  need help ?

TRWP Secara Resmi Keluarkan UU Revolusi West PAPUA

Written By PAPUAtimes on Selasa, 13 September 2016 | 10.39

Lambang Negara West PAPUA
Dari Sekretariat-Jenderal Tentara Revolusi WEST PAPUA (TRWP) menyampaikan informasi menyusul pembocoran peristiwa penting yang telah terjadi dalam sejarah perjuangan kemeredkaan WEST PAPUAdari Markas Pusat Pertahanan (MPP) TRWP bahwa Negara WEST PAPUA, Bangsa PAPUA dan TanahPAPUA di bagian barat Pulau New Guinea kini telah dengan resmi, di era revolusi kemerdekaan WESTPAPUA, memiliki sebuah "Undang-Undang Revolusi WEST PAPUA" (disingkat UURWP).
URWP berfungsi sebagai Dasar Hukum bagi semua komponen perjuangan PAPUA Merdeka melandasi perjuangan ini sehingga dalam perjuagnan ini kita tidak dianggap berjuang sebagai LSM/ ORMAS, tetapi kita berjuang dalam sebuah format yang menunjukkan kita telah siap menjalankan pemerintahan Republik WEST PAPUA.
UURWP ini juga perlu dalam rangka memberikan gambaran kepada para sponsor dan pendukung kemerdekaan WEST PAPUA melihat sejak dini wajah WEST PAPUA setelah NKRI keluar dari Tanah Leluhur bangsa PAPUA.
Dari Sekretariat-General TRWP, Lt. Gen Amunggut Tabi menyatakan UURWP diterbitkan oleh MPPTRWP dalam rangka mendorong Parlemen Nasional WEST PAPUA (PNWP) untuk segera mensahkan UURWP atau Undang-Undang yang akan menjadi dasar bersama dalam perjuangan kermedekaanWEST PAPUA. Menurut Tabi dalam suratnya yang diterima redaksi PMNEWS,
UURWP merupakan pijakan hukum perjuangan PAPUA Merdeka, karena kita sudah mendapatkan dari negara-negara merdeka dan berdaulat di kawasan Melanesia dan Pasifik Selatan sehingga kita harus segera tampil sebagai perjuangan yang berbasiskan hukum, perjuangan yang sudah siap mengarah kepada sebuah pemerintahan Revolusioner atau Pemerintahan Transisi Negara Republik WEST PAPUA.
Sudah waktunya kita berbicara sebagai negarawan dan pemimpin bangsa PAPUA, negaraWEST PAPUA. Kami sudah sah diterima sebagai anggota MSG. Dukungan PIF sudah jelas. Proses menuju pembentukan Negara WEST PAPUA sudah matang. Kita harus menyambut perkembangan ini dengan persiapan-persiapan internasl sejak dini. Kalau tidak, negara akan lahir tanpa fondasi yang jelas.
Gen. Tabi melanjutkan dalam pesannya bahwa PNWP segera mengambil langkah-langkah konkrit mewujudkan sebuah Dasar Hukum yang jelas untuk perjuangan PAPUA Merdeka. Kalau tidak kita akan dianggap melanggar UU kolonial. Tabi mengatakan,
Selama ini kita dianggap melanggar hukum kolonial, karena tanah PAPUA di bagian Barat pulau New Guinea ini berada dalam status tak berhukum. Hukum yang berlaku selama ini ialah hukum asing, hukum paksaan, hukum penjajah. Dengan pemberlakukan UURWP, maka wilayah WEST PAPUA, Negara Republik WEST PAPUA, pemerintahan Negara WESTPAPUA dalam pimpinan ULMWP sudah punya dasar hukum yang formil dan jelas sehingga tidak ada yang salah arah dalam mewujudkan sebuah negara yang merdeka dan berdaulat di luar NKRI.
Amunggut Tabi kembali menegaskan,
Dengan pemberlakukan UURWP ini, per tanggal 13 September 2016 besok hari, Wilayah hukum teritorial WEST PAPUA telah memiliki Payuing Hukum untuk selanjutnya diperealisasikan sebagai sebuah negara merdeka dan berdaulat, duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi dengan NKRI.
Sekretaris-Jenderal TRWP kembali menegaskan bahwa tugas-tugas administrasi dalam rangka persiapan kemerdekaan West Paupa yang telah dijalankan oleh Sekretariat-Jenderal berdasarkan Surat Tugas yang diberikan oleh Panglima Tertinggi Komando Revolusi kini memasuki tahapan penghabisan karena tugas administrasi dalam mempersiapkan sebuah Negara dan pemerintahan WEST PAPUA telah selesai.
Berdasarkan Perintah Panglima TPN/OPM Jenderal TPN/OPM MATHIAS WENDA tahun 2006, maka sebuah Komite Persiapan Kemerdekaan WEST PAPUA telah bekerja dan kini telah menghasilkan sejumlah dokumen penting bagi perjuangan kemerdekaan Wset PAPUA. Sebelumnya telah diterbitkan Surat Keputusan Panglima Tertinggi Komando Revousi Disiplim Militer TRWP, yang berisi semua hal tentang gerilyawan perjuangan PAPUA Merdeka.
Surat Keputusan tentang Disiplin ini dikeluarkan setelah sayap militer perjuangan PAPUA Merdeka dipisahkan dari sayap politik, yaitu organisasi induk bernama Organisasi PAPUA Merdeka (OPM) dan sayap militer diberi nama Tentara Revolusi WEST PAPUA.
Organisasi PAPUA Merdeka dalam bahasa Inggris disebut Free WEST PAPUA Campaign telah berkampanye dari basis di Kerajaan Inggris dan dalam proses perjuangan sejak itu telah mengerucut menjadi wadah yang telah diakui di pentas politik regional dan global bernama ULMWP (United Liberation Movement for WEST PAPUA - Serikat Pergerakan Pembebasan untuk WEST PAPUA). Oleh karena itu semua pihak diharapkan bersatu dan mendukung langkah ULMWP.
Surat Keputusan Panglima Tertinggi Komando Revolusi tentang Undang-Undang Revolusi WESTPAPUA, yang dokumen aslinya akan segera beredar dan disosialisasikan ke seluruh dunia ini berisi dasar hukum untuk perjuangan kemerdekaan WEST PAPUA.
Gen. Wenda melalui Sekretariat-Jenderal berpesan agar semua pihak mempelajari dan menaati UURWP ini sebagia hukum formil resmi dari bangsa PAPUA, untuk wilayah teritorial Negara WEST PAPUA.
Ada dua pesan penting tercantum di dalam UURWP ini, yaitu
  1. Pertama, agar dalam tempo yang ditentukan sesuai SK ini, agar PNWP segera menyelenggarakan Sidang Paripurna Khusus untuk pengesahan UURWP; dan melakukan Amandemen di mana saja dianggap perlu. Agar PNWP tidak berbicara politik, tidak berkampanye ke sana-kemari mencampuri urusan para diplomat dan politikus dari ULMWP, tetapi memfokuskan diri menuntaskan Undang-Undang, dan peraturan-peraturan perjuangan PAPUA Merdeka.
  2. Kedua, agar dalam tempo sebagaimana ditentukan dalam UURWP ini, PNWP segera memberikan mandat kepada ULMWP untuk membentuk Pemerintahan Transisi Republik WEST PAPUA, dengan menetapkan Istana Kepresidenan Transisi di salah satu negara di kasawan Pasifik Selatan, dengan selanjutnya dengan segera mengangkat para diplomat, Duta Besar dan menyelenggarakan Pemerintahan berdasarkan UURWP.
10.39 | 0 komentar

VANGO Stands in Solidarity With PIANGO on West Papua

Written By PAPUAtimes on Senin, 12 September 2016 | 00.21

The Vanuatu Association of Non-Governmental Organisation (VANGO) has expressed its firm solidarity with the Pacific Association of Non-Governmental Organisation (PIANGO) on West Papua.

The VANGO support was expressed by the Chairperson of the Vanuatu national NGO group Ms Lind Peter in an email to PIANGO Executive Director Ms Emele Duituturaga, who is currently in Pohnpei, FSM, where they have held the Civil Society Organisations (CSO) Forum on the eve of the 47th Pacific Islands Forum leaders meeting.

In her media briefing earlier in the week, Ms Duituturaga made PIANGO’s stand on West Papua clear – that the issue was no long a matter for the Melanesian Spearhead Group nor the PIF leaders; but rather a United Nations issue.

VANGO’s Linda Peter says in her email and quoted by Vanuatu reporter covering the Pohnpei PIF meeting Moses Stevens.

“We Vanuatu Civil Society Alliance is in solidarity with other local CSOs here in Vanuatu and will continue to advocate locally, nationally and regionally for the freedom for West Papua in alliance with PIANGO and the global community.

The Vanuatu government is also taking a similar stand in their approach to lobbying support for the independence cause of West Papua.

Director General of the Prime Minister’s Office (Vanuatu) Johnson Naviti, says “now that more regional governments have stood out clear on their support for West Papua, our plans now is to take the mater beyond the region”.

While leaders of the Melanesian Spearhead Group (which was formed initially to spearhead the independence cause of West Papua and Kanaky) have divided over West Papua, Solomon Islands has taken a clear stand with the support of Tuvalu and Nauru in their “Pacific Coalition for West Papua”.



Read more: www.pngfacts.com
00.21 | 0 komentar

Fisheries, West Papua and climate change on Forum agenda

New Zealand's Prime Minister John Key says fisheries management is critically important for Pacific nations, and he expects it to dominate talks at the Pacific Islands Forum.
Mr Key is in Pohnpei in the Federated States of Micronesia for the talks, where climate change and West Papua will also be on the agenda.
Last year the New Zealand Government pledged $US36 million to support fisheries management in the region and so far about $US21 million has been allocated.
Mr Key said fisheries were the largest resource in the region.
Prime Minister John Key after landing in Pohnpei in the Federated States of Micronesia.
"It's worth over billions of dollars, largely tuna fisheries, and so the big threat of course for Pacific nations is illegal fishing in their waters and unauthorise fishing.
"I think long term one of the issues is also sustainability," he said.
At last year's Forum summit, leaders resolved to request Indonesia to allow it to send a fact-finding mission to Papua.
However the Forum secretary-general Dame Meg Taylor said Jakarta had not allowed this to go ahead.
The Forum's annual gathering is also expected to discuss increasing its membership by adding two French territories on the UN decolonisation list.
Both New Caledonia and French Polynesia have been vying for years to be granted full membership, which since the organisation's inception, was meant to be for independent countries only.
 Sumber : www.radionz.co.nz
00.17 | 0 komentar

ROCKIN’ FOR WEST PAPUA: Global Peace Concerts Announced

Rockin’ For West Papua is a worldwide music, arts and cultural festival of events raising awareness of the genocide and human rights abuses on the indigenous people of West Papua, presented by Rize Of The Morning Star.
“We stand for the arts,
we stand for first nations people
and we stand for West Papua.”
#musicisaweapon

Rockin’ For West Papua gigs are being organised around Australia in Sydney, Melbourne, Brisbane, Darwin, Hobart, Perth, Byron Bay, Gold Coast, Lismore, Newcastle and Arnhem Land with more shows to be announced in all corners of the globe.
CONFIRMED DATES:
Friday 30 September – Sydney AUS: Waywards @ Bank Hotel, Newtown featuring Blackbreaks, The MisMade, The Black Turtles, MC Thorn
Saturday 1 October – Newcastle AUS: The Vault featuring Once Remained, Skinpin, Steinbrenner, The Grounds
Saturday 1 October – Edinburgh UK: Henry’s Cellar Bar featuring Rise Kagona, Samba Sene & Diwan Seneglese, Nawakyipo, Mariam El Sadr & more
Friday 7 October – Lismore AUS: Lismore City Hall Studio featuring Blakboi, The Humans Of Lismore, Atomic Monkey Chunks & Punks For West Papua doco screening
Saturday 8 October – Gold Coast AUS: Currumbin Creek Tavern featuring The Poor, Wartooth, Paging Jimi
Saturday 8 October – Brisbane AUS: Chardons Corner Hotel featuring Kold Creature, Monster Fodder, System Trashed, Kaosphere, Alice Lost Her Way, Locus Give It All
Saturday 8 October – Darwin AUS: The Chippo, 2 stages featuring Clever Monkey, Dave Garnham, Gored Matador, Acid City, Pole Top Rescue, Lungbuster, Ben Evolent, Brother Phoenix, Joy Greer
Saturday 8 October – Gauteng SOUTH AFRICA: Wunderbar @ German Club featuring Slash Dogs, Made For Broadway, Slippery When Wet, Chilean cuisine, Film Screenings
Sunday 9 October – Melbourne AUS: Bendigo Hotel featuring Liquor Snatch, Indigo Rising, DevilsMonkey, Mystic Trio, DJ LAPKAT, Long Holiday, Native Rain, New Age, Elf Tranzporter, MC Izzy Brown, West Papuan String Band and dancers
Saturday 29 October – Perth AUS: Railway Hotel, Fremantle featuring Yob Mob, The U-Nites reggae band plus DJ General Justice & Jah Wisdom Sound System, Potato Stars, Mental Pretzel, Fuzion
MORE GLOBAL CONCERTS TO BE ANNOUNCED SOON
Following the noise made and the funds raised by the ‘Punks For West Papua’ movement and documentary, more rockin’ artists are coming together for several weeks fromSeptember 30 to show the strength of music and help raise funds to assist the plight of the West Papuans, presented by global music & cultural movement Rize Of The Morning Star.
Leader of the ULMWP Benny Wenda said Indonesia have tanks and guns. West Papuans only have guitars. Music is the only weapon we need for freedom.”
Whilst West Papuan music is outlawed by the Indonesian Military, Rockin’ For West Papua & Rize Of The Morning Star are inviting musicians, artists and anybody who wants to make a stand, to show their colours in the month of October by organising gigs, exhibitions, festivals or any social gathering or display of support to let Indonesia, USA, Australian and UK governments know that we are standing for West Papua.
Filmmaker Anthony ‘Ash’ Brennan who created the award winning documentary “Punks For West Papua” is coordinating the Rockin’ For West Papua shows. Returning from a stint in Rio behind the camera at the Olympic Aquatic Centre, he said I have been very fortunate in my career in TV to have travelled to the four corners of the globe. I have seen the good and bad in every country. From Indian Slums, to Soweto in South Africa, and more recently the Rio favela's.  I have learnt that people who have the least, give the most. They open their hearts with music and art. And I have walked away richer for the experience. A very humbling experience, coming from such a privileged country. Music brings people together, empowers us, and gives us strength to overcome any adversity.
The people of West Papua have been suffering under Indonesian occupation since 1963. Over 500,000 civilians have been killed, and thousands more have been raped, tortured and imprisoned. Foreign media and human rights groups are banned from operating in West Papua, so people rarely hear about the situation there. The Free West Papua Campaign is bringing the story of West Papua to the world and campaigning for freedom and justice in West Papua, to end the violence of the last 50 years.
Despite the growing global support of the United Liberation Movement For West Papua, in recent months over 800 West Papuan people were arrested and many tortured by Indonesian authorities simply for peacefully calling for full membership of the Melanesian Spearhead Group (MSG). There has been a surge of human rights abuses as thousands of people joined mass rallies with hundreds arrested at passive demonstrations in West Papua and Indonesia. Even with the media ban, harrowing video evidence has emerged of the brutality that peaceful protesters were met with including children and students.
All funds raised go to Free West Papua.
#musicisaweapon
Additional info & Articles:
Earlier this year:
TeenRock.com, UK – “10 Things We Learned From ‘Punks 4 West Papua’”
Green Left Weekly, Aus – “Punks For West Papua: Indonesia’s West Papua Crimes Laid Bare In Award-Winning Doco”
The Brag, Aus – “Five Minutes With Ash Brennan, Producer/Director of Punks For West Papua”
For further media info please contact:
DEBORAH GANN – PUBLICIST
RESERVOIR PR+MGMT AUSTRALIA
T: 0481 264 077
00.04 | 0 komentar

KNPB: Dukungan Pasifik Meluas, Indonesia ‘Maju Kena Mundur Kena’

Written By PAPUAtimes on Minggu, 11 September 2016 | 23.49

Acara Doa Syukur dan Terima Kasih kepada solidaritas
dari Pasifik untuk Papua yang dimediasi oleh KNPB,
Jumat (9/9/2016) – JUBI/Zely Ariane
Jayapura – Ketua I Komite Nasional Papua Barat (KNPB), Agus Kossay, menyebutkan sikap pemerintah Indonesia, yang menolak rekomendasi Tim Pencari Fakta PIF terkait pelanggaran HAM Papua, sebagai strategi yang ‘maju kena mundur kena’.
Berbicara kepada wartawan pasca digelarnya acara Ibadah syukur KNPB, di halaman Rusunawa, Perumnas 3 Waena, Jumat (9/9/2016), Agus menyatakan sikap pemerintah Indonesia tersebut hanya sedang menutup-nutupi kenyataan pelanggaran HAM yang terus terjadi di Papua.
“Saya pikir apapun cara dan model Indonesia menghalangi perhatian Pasifik ke Papua, itu sama saja dengan maju kena mundur kena,” ujarnya.
Menurut Kossay, kalau Tim Pencari Fakta diterima, maka fakta di lapangan akan terbongkar dan masalah akan dibawa ke PBB. Jika ditolakpun seperti sekarang, pertanyaan publik akan muncul, ada apa sebenarnya. “Keduanya tetap akan berujung ke mekanisme PBB,” ujar Kossay.
KNPB menggelar ibadah Syukur atas deklarasi Koalisi Pasifik untuk West Papua (PCWP) sekaligus ucapan terima kasih mereka pada dukungan yang terus bertambah di Pasifik, termasuk upaya keras mendorong sikap para pemimpin Forum Kepulauan Pasifik (PIF) untuk isu-isu West Papua.
Sebelumnya di sela-sela pertemuan PIF ke-47 (8/9), seperti diungkap Sekjen PIANGO, Emele Duituturaga, keengganan Indonesia disebabkan karena pemerintah tidak nyaman dengan sebutan “Tim pencari fakta PIF”. Hal itu membuat Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) di Pasifik memperkuat strateginya dengan mendorong para pimpinan PIF bertindak untuk isu Papua Barat melalui mekanisme PBB.
Peneliti Abdurrahman Wahid Centre (AWC), Dr. Budi Hernawan, kepada Jubi Jumat (9/9) turut menyesalkan sikap pemerintah Indonesia, khususnya Kementerian Luar Negeri (Kemenlu).
“Saya pikir Kemenlu masih suka dengan cara lama melalui beli suara PNG dan Fiji. Penolakan Kemenlu atas penawaran ‘tim pencari fakta’ dan dialog oleh MSG, di satu sisi, ingin menunjukkan bahwa Indonesia tidak mau didikte, ini kan garis kebijakan pemerintah Jokowi,” kata Budi yang lama telah meneliti isu-isu pelanggaran HAM di Papua.
Namun dia juga menekankan bahwa sikap Kemenlu tersebut hanya akan memperkuat mobilisasi di Pasifik.
Agus Kossay, Ketua I KNPB di akhir acara Acara
Doa Syukur dan Terima Kasih KNPB kepada PCWP,
Jumat (9/9/2016) – JUBI/Zely Ariane
“Konsekuensi ini disadarikah tidak sama Kemenlu? Tawaran dari Kantor Staf Kepresidenan (KSP) terkait Special Envoy Papua juga ditentang mereka, jadi tidak jelas maunya apa,” ujarnya.
Pada akhirnya, lanjut Budi, yang terjadi bukanlah tawaran kebijakan baru buat Papua melainkan kegiatan-kegiatan reaktif belaka.
Apresiasi atas Peran Sogavare
Menanggapi meluasnya dukungan terhadap West Papua di Pasifik, khususnya kepemimpinan PM Solomon Manasseh Sogavare, Agus Kossay mengaku tidak menduga.
“Sebenarnya orang Papua tidak menyangka dukungan Solomon Islands hingga sebesar itu, mereka akan bertindak sejauh itu.  Kenyataan ini membuat kami bertambah yakin, bahwa peran akar rumput begitu menentukan. Jika akar rumput mendukung dan berpihak pada bangsa Papua, maka suka tidak suka pemimpin akan mesti bersikap tegas,” kata Kossay.
Ketika dikonfirmasi terkait strategi OMS Pasifik yang hendak mendesak AS, Australia dan Selandia Baru agar bertindak lebih jelas terhadap isu West Papua, Kossay optimis hal itu bisa terjadi.
“Dukungan ini semakin tidak terbendung. Jika ini disuarakan oleh setidaknya 30% anggota PBB, maka negara-negara super poweritu ya harus mengakui apa yang menjadi kesalahan mereka di masa lalu,” ujar Kossay.
Dia menambahkan bahwa PM Sogavare sangat sadar MSG saja tidak lagi cukup, sehingga dirinya mulai mengambil terobosan membentuk PCWP dan mendorong masuknya isu papua ke Komite Dekolonisasi PBB.
Bahkan menurut informasi, kata Kossay, ULMWP akan diberi kesempatan pidato pertama mewakili Pemerintah Solomon dan Vanuatu untuk bicara di sela-sela pertemuan Majelis Umum PBB awal Oktober mendatang.
Perjuangan KNPB, lanjut Kossay, mewakili rakyat Papua yang percaya pada proses dan mekanisme internasional, sebab sejak awal persoalan Papua berdimensi internasional karena sepihaknya perjanjian New York  dan Roma 1962.
“Perjanjian itu sepihak dan banyak pelanggaran, maka negara-negara yang menjadi anggota PBB punya tanggung jawab untuk meluruskan kesalahan itu di forum-forum resmi PBB,” tegasnya.
Sementara itu, kerja keras PIANGO untuk mendorong isu Papua menjadi sikap tegas para pemimpin Pasifik hingga ke mekanisme PBB, terus dilakukan dari Honolulu hingga Ponhpei dimana pertemuan PIF berlangsung.
Dalam pertemuan Kamis (8/9) pagi bersama Troika (forum mantan ketua PIF sebelumnya, Ketua PIF saat ini, dan ketua berikutnya), PIANGO meminta ketegasan tindakan para pimpinan PIF agar secara aktif mendorong pemerintah Indonesia menghentikan pelanggaran HAM di Papua termasuk menemukan cara damai bagi rakyat Papua untuk penentuan nasib sendiri.
PIANGO juga mendorong para pimpinan mendiskusikan persoalan Papua dengan Sekretaris Jenderal PBB pada pertemuan tahunan (Forum Updates di New York di sela-sela pertemuan Majelis Umum PBB/UNGA) agar menunjuk Special Envoy untuk melakukan assesment situasi HAM di Papua Barat.
Terkait agenda dekolonisasi West Papua, PIANGO meminta para pimpinan menjadi sponsor bagi West Papua untuk dimasukkan ke daftar Komite Dekolonisasi PBB.(Zely Ariane)

Sumber : http://tabloidjubi.com/
23.49 | 0 komentar

Blog Archives

Total Tayangan Halaman