Ki-Ka, Aloysius Renwarin, Musa Sombuk, Yusak Reba (Jubi/Dam) |
Jayapura, 13/2 (Jubi)-Dosen Universitas Negeri Papua (Unipa) Musa Sombuk mengatakan saat ini orang Papua berada di dalam tekanan kaum migran yang sangat tinggi. Tantangan ini akan semakin tinggi jika tidak ada solusi yang terbaik.
“Saat ini di Kota Jayapura orang Port Numbay hanya 1,2 persen dari jumlah penduduk, ini artinya jumlah mereka hanya sekitar 5000 jiwa saja,” kata Sombuk yang juga anggota KPU Provinsi Papua dalam diskusi bertajuk “Bagaimana Nasib 14 Kursi di DPRP”, Kamis(13/2) di Hotel Grand Abe, Kota Jayapura.
Dia menambahkan sesuai sensus penduduk dari Biro Pusat Statistik Kota Jayapura pada 2012 jumlah penduduk di Kota Jayapura sebesar 273.928 jiwa.
Hal senada juga dikatakan mantan Ketua KPU Keerom Aloysius Renwarin membandingkan populasi antara penduduk di Keerom dalam komposisi anggota DPRD Kabupaten Keerom. “Dari 20 anggota DPRD orang asli Keerom hanya tiga orang dan tidak ada perempuan Keerom yang duduk di DPRD,”katanya seraya menambahkan faktor jumlah penduduk sangat berpengaruh dalam menentukan kuota legislatif di DPRD.
Menurut mantan Direktur Elsham Papua, tidak mungkin orang Papua dipilih oleh orang bukan Papua, sebaliknya orang bukan Papua tak mungkin mau memilih orang Papua.” Ini fakta yang terjadi di Kabupaten Keerom saat ini,”katanya.
Kondisi di Papua saat ini kata Sombuk hampir sama dengan salah satu negara di Pasifik Selatan, Fiji. “Saat ini jumlah penduduk orang Melanesia lebih sedikit jika dibandingkan dengan orang India yang datang sebagai pekerja perkebunan tebu di sana,”kata Sombuk yang sudah tujuh tahun studi srtata tiga (S3) sosiologi pertanian di Australia Nasional University.
Kondisi masyarakat Melanesia Fiji yang menjadi minoritas lanjut Sombuk membuat salah seorang tokoh di Fiji John Spike mengeluarkan seruan Fiji for Fijian, artinya Fiji hanya untuk orang Fiji saja. Namun kata Sombuk Perdana Menteri Fiji, Voreqe-Bainimarama justru bilang Fiji for all, Fiji untuk semua, mau orang Melanesia kah atau Indiakah semua yang ada di Fiji adalah orang Fiji.
Dosen FISIP Universitas Indonesia jurusan Hubungan Internasional, H Zulkifli Hamid dalam buku berjudul Sistem Politik Pasifik Selatan menyebutkan pada 1990 an jumlah penduduk Fiji sebanyak 700.000 jiwa merupakan masyarakat multirasial terdiri dari 50 persen keturunan India, 43 persen anak negeri Fiji, dan 7 persen terdiri dari ras Eropa, Cina, Polinesia dan lain-lain.
Masyarakat anak negeri atau Melanesia Fiji selain minoritas dari segi kuantitas dan adanya persamaan hak di antara ras utama, kaum anak negeri mempunyai kekhawatiran terhadap keturunan India. Apalagi secara ekonomi kaum anak negeri Fiji jauh tertinggal jika dibandingkan dengan masyarakat India.
Penduduk keturunan India menguasai perekonomian Fiji, dari industri gula yang merupakan sumber devisa utama sampai kepada industri jasa lainnya. Bukan hanya itu saja bidang-bidang profesi lain dikuasai masyarakat India seperti kedokteran, hukum dan lainnya. Sebaliknya kaum anak negeri Fiji hanya memiliki satu sumber ekonomi yaitu tanah, yang tidak dapat diperjual belikan kecuali disewakan.
Karena kondisi tersebut jelas kaum anak negeri Fiji harus membutuhkan sesuatu yang dapat melindungi hak-haknya sebagai pemilik tanahnya di negeri. Kondisi ini dipelihara sejak jaman penjajahan Inggris di Fiji. Kudeta yang dilakukan Letkol Sitiveni Rabuka di Fiji tujuannya untuk menjamin supremasi anak negeri Fiji di masa mendatang.(Jubi/dominggus a mampioper)
Sumber : www.tabloidjubi.com
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Tuliskan Komentar Anda di Sini !!!