Senin, 18 Juli 2011
Indonesia makin liberal, makin demokratis, tapi di lapangan orang-orang justru makin kagum dengan simbol-simbol militer dan cara berpikir militer. Pemain sepak bola pun dilatih dengan berpakaian militer.
Saat memperingati Ultah ke 80, Nahdlatul Ulama menggelar pawai banser yang mengenakan seragam mirip militer. Adakah alasan psikis di balik karakter sosial yang sedang tumbuh di Indonesia?
Ikuti wawancara dengan pakar militer Indro Tjahjono tentang fenomena sosial ini.
Simbol-simbol militer
Semua orang, demikian Indro Tjahjono, cenderung kagum tehadap simbol-simbol militer. "Kagum dengan karakter militer sampai pemain bola juga dilatih secara militer. Jadi ini pemain bola yang sebenarnya bukan menyerang lawan dengan ilmu-ilmu olahraga, tapi ini memperlakukan lawan sebagai musuh."
Semua orang, demikian Indro Tjahjono, cenderung kagum tehadap simbol-simbol militer. "Kagum dengan karakter militer sampai pemain bola juga dilatih secara militer. Jadi ini pemain bola yang sebenarnya bukan menyerang lawan dengan ilmu-ilmu olahraga, tapi ini memperlakukan lawan sebagai musuh."
Menurut Indro, ini kecenderungan yang salah di Indonesia.
"Kelihatannya rakyat Indonesia itu memang belum lepas dari pengaruh militer, dari pengaruh masa Soeharto dulu bahwa ketika dikuasai Soeharto, katanya dengan gaya militeristik kita bisa maju. Nah, pengaruh ini masih dominan di mana-mana. Jadi, orang melihat setiap kali ada perubahan politik pun, militer harus ikut campur. Ini satu fenomena yang sedang mengemuka dan bukan hanya di bidang politik dan juga di olahraga, tapi latihan-latihan outbound-outbound yang kerjasama tim, itu juga menggunakan pelatih-pelatih dari militer."
Memprihatinkan
"Ini yang sangat memprihatinkan. Seolah-olah soal disiplin, soal ketepatan waktu itu adalah persoalan bangsa Indonesia dan mereka lupa bahwa persoalan kita adalah pemimpin yang visioner, yang tahu tentang keadilan, yang tahu tentang hak-hak warganegara. Kita kehilangan sosok pemimpin yang manusiawi. Jadi orang ingin sosok pemimpin militer, karena mereka pikir dengan militer ini semua tujuan akan terjamin. Ini memang satu krisis baru yang dialami Indonesia, dari segi sosiologis dan budaya."
Memprihatinkan
"Ini yang sangat memprihatinkan. Seolah-olah soal disiplin, soal ketepatan waktu itu adalah persoalan bangsa Indonesia dan mereka lupa bahwa persoalan kita adalah pemimpin yang visioner, yang tahu tentang keadilan, yang tahu tentang hak-hak warganegara. Kita kehilangan sosok pemimpin yang manusiawi. Jadi orang ingin sosok pemimpin militer, karena mereka pikir dengan militer ini semua tujuan akan terjamin. Ini memang satu krisis baru yang dialami Indonesia, dari segi sosiologis dan budaya."
http://www.rnw.nl/bahasa-indonesia/article/indonesia-kerasukan-militerisme-di-mana-mana
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Tuliskan Komentar Anda di Sini !!!