![]() |
Acara Doa Syukur dan Terima Kasih kepada solidaritas dari Pasifik untuk Papua yang dimediasi oleh KNPB, Jumat (9/9/2016) – JUBI/Zely Ariane |
Jayapura – Ketua
I Komite Nasional Papua Barat (KNPB), Agus Kossay, menyebutkan sikap
pemerintah Indonesia, yang menolak rekomendasi Tim Pencari Fakta PIF
terkait pelanggaran HAM Papua, sebagai strategi yang ‘maju kena mundur
kena’.
Berbicara
kepada wartawan pasca digelarnya acara Ibadah syukur KNPB, di halaman
Rusunawa, Perumnas 3 Waena, Jumat (9/9/2016), Agus menyatakan sikap
pemerintah Indonesia tersebut hanya sedang menutup-nutupi kenyataan
pelanggaran HAM yang terus terjadi di Papua.
“Saya pikir apapun cara dan model Indonesia menghalangi perhatian Pasifik ke Papua, itu sama saja dengan maju kena mundur kena,” ujarnya.
Menurut
Kossay, kalau Tim Pencari Fakta diterima, maka fakta di lapangan akan
terbongkar dan masalah akan dibawa ke PBB. Jika ditolakpun seperti
sekarang, pertanyaan publik akan muncul, ada apa sebenarnya. “Keduanya
tetap akan berujung ke mekanisme PBB,” ujar Kossay.
KNPB
menggelar ibadah Syukur atas deklarasi Koalisi Pasifik untuk West Papua
(PCWP) sekaligus ucapan terima kasih mereka pada dukungan yang terus
bertambah di Pasifik, termasuk upaya keras mendorong sikap para
pemimpin Forum Kepulauan Pasifik (PIF) untuk isu-isu West Papua.
Sebelumnya
di sela-sela pertemuan PIF ke-47 (8/9), seperti diungkap Sekjen PIANGO,
Emele Duituturaga, keengganan Indonesia disebabkan karena pemerintah
tidak nyaman dengan sebutan “Tim pencari fakta PIF”. Hal itu membuat
Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) di Pasifik memperkuat strateginya
dengan mendorong para pimpinan PIF bertindak untuk isu Papua Barat
melalui mekanisme PBB.
Peneliti
Abdurrahman Wahid Centre (AWC), Dr. Budi Hernawan, kepada Jubi Jumat
(9/9) turut menyesalkan sikap pemerintah Indonesia, khususnya
Kementerian Luar Negeri (Kemenlu).
“Saya pikir Kemenlu masih suka dengan cara lama melalui beli suara PNG dan Fiji. Penolakan Kemenlu atas penawaran ‘tim pencari fakta’ dan dialog oleh MSG, di satu sisi, ingin menunjukkan bahwa Indonesia tidak mau didikte, ini kan garis kebijakan pemerintah Jokowi,” kata Budi yang lama telah meneliti isu-isu pelanggaran HAM di Papua.
Namun dia juga menekankan bahwa sikap Kemenlu tersebut hanya akan memperkuat mobilisasi di Pasifik.
![]() |
Agus Kossay, Ketua I KNPB di akhir acara Acara Doa Syukur dan Terima Kasih KNPB kepada PCWP, Jumat (9/9/2016) – JUBI/Zely Ariane |
Pada akhirnya, lanjut Budi, yang terjadi bukanlah tawaran kebijakan baru buat Papua melainkan kegiatan-kegiatan reaktif belaka.
Apresiasi atas Peran Sogavare
Menanggapi
meluasnya dukungan terhadap West Papua di Pasifik, khususnya
kepemimpinan PM Solomon Manasseh Sogavare, Agus Kossay mengaku tidak
menduga.
“Sebenarnya
orang Papua tidak menyangka dukungan Solomon Islands hingga sebesar
itu, mereka akan bertindak sejauh itu. Kenyataan ini membuat kami
bertambah yakin, bahwa peran akar rumput begitu menentukan. Jika akar
rumput mendukung dan berpihak pada bangsa Papua, maka suka tidak suka
pemimpin akan mesti bersikap tegas,” kata Kossay.
Ketika
dikonfirmasi terkait strategi OMS Pasifik yang hendak mendesak AS,
Australia dan Selandia Baru agar bertindak lebih jelas terhadap isu West
Papua, Kossay optimis hal itu bisa terjadi.
“Dukungan ini semakin tidak terbendung. Jika ini disuarakan oleh setidaknya 30% anggota PBB, maka negara-negara super poweritu ya harus mengakui apa yang menjadi kesalahan mereka di masa lalu,” ujar Kossay.
Dia
menambahkan bahwa PM Sogavare sangat sadar MSG saja tidak lagi cukup,
sehingga dirinya mulai mengambil terobosan membentuk PCWP dan mendorong
masuknya isu papua ke Komite Dekolonisasi PBB.
Bahkan
menurut informasi, kata Kossay, ULMWP akan diberi kesempatan pidato
pertama mewakili Pemerintah Solomon dan Vanuatu untuk bicara
di sela-sela pertemuan Majelis Umum PBB awal Oktober mendatang.
Perjuangan
KNPB, lanjut Kossay, mewakili rakyat Papua yang percaya pada proses dan
mekanisme internasional, sebab sejak awal persoalan Papua berdimensi
internasional karena sepihaknya perjanjian New York dan Roma 1962.
“Perjanjian
itu sepihak dan banyak pelanggaran, maka negara-negara yang menjadi
anggota PBB punya tanggung jawab untuk meluruskan kesalahan itu di
forum-forum resmi PBB,” tegasnya.
Sementara
itu, kerja keras PIANGO untuk mendorong isu Papua menjadi sikap tegas
para pemimpin Pasifik hingga ke mekanisme PBB, terus dilakukan dari
Honolulu hingga Ponhpei dimana pertemuan PIF berlangsung.
Dalam
pertemuan Kamis (8/9) pagi bersama Troika (forum mantan ketua PIF
sebelumnya, Ketua PIF saat ini, dan ketua berikutnya), PIANGO meminta
ketegasan tindakan para pimpinan PIF agar secara aktif mendorong
pemerintah Indonesia menghentikan pelanggaran HAM di Papua termasuk
menemukan cara damai bagi rakyat Papua untuk penentuan nasib sendiri.
PIANGO
juga mendorong para pimpinan mendiskusikan persoalan Papua dengan
Sekretaris Jenderal PBB pada pertemuan tahunan (Forum Updates di New
York di sela-sela pertemuan Majelis Umum PBB/UNGA) agar menunjuk Special
Envoy untuk melakukan assesment situasi HAM di Papua Barat.
Terkait
agenda dekolonisasi West Papua, PIANGO meminta para pimpinan menjadi
sponsor bagi West Papua untuk dimasukkan ke daftar Komite Dekolonisasi
PBB.(Zely Ariane)
Sumber : http://tabloidjubi.com/
Sumber : http://tabloidjubi.com/
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Tuliskan Komentar Anda di Sini !!!