Hi quest ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  need help ?

Otsus Plus Adalah Kepentingan Jakarta

Written By Unknown on Minggu, 28 Juli 2013 | 13.36

COVER BUKU DIALOG JKARTA PAPUA (IST)
Jayapura – Marinus Yaung, Dosen Hubungan Internasional, Universitas Cenderawasih (Uncen) mengatakan, memberlakukan Undang-undang Otonomi Khusus (Otsus) Plus adalah kepentingan Jakarta. 


“Jakarta setiap tahun melakukan evaluasi Otsus Papua. Kita di Papua, baru sekarang melakukan evaluasi Otsus melalui MRP. Setiap evaluasi ini, Jakarta punya kesimpulan dan rekomendasi-rekomendasi. Tahun 2010 lalu, UU Otsus Papua direkomendasikan untuk direkonstruksi atau diganti dengan sebuah regulasi baru, sebelum ada UP4B,” ungkap Marianus Yaung kepada wartawan di Rempah-rempah Caffee, Abepura, Jayapura, Jumat (26/7). 



Menurutnya, muncul istilah Otsus Plus itu dari Soesilo Bambang Yudhoyono saat mengundang Gubernur dan Bambang Dharmono ke Istana Negara. Ketika Jakarta mempercayakan Velix Wanggai untuk memegang kendali dalam meloloskan uu ini, dirinya tahu bahwa ini bagian dari kepentingan Jakarta, bagaimana menyelesaikan persoalan Papua dengan kacamata Jakarta. 



“Sekali lagi, bila kepentingan Papua diselesaikan dengan konsep dan kacamata Jakarta, tidak akan pernah selesai. Masalah Papua harus diselesaikan dengan pikiran, konsep dan pandangan Orang Papua. Hari ini, kami sepakat bahwa dialog Papua Jakarta adalah solusi terbaik yang harus diselesaikan dulu baru kita setuju apakah Otsus Plus diterma atau tidak, akan dibicarakan di dalam dialog nanti,” kata Marinus lagi.




Di tempat yang sama, terkait RUPP yang disinyalir dicopy paste dari UU Pemerintahan Aceh (UUPA), Latifah Anum Siregar, Direktris Aliansi Demokrasi untuk Papua (AlDP) mengatakan, UUPA sebenarnya lahir dari proses dialog. Dialog di sini, Anum mendefinisikan sebagai proses rakyat diajak bicara dengan cara terbuka dengan proses yang panjang, tidak hanya satu kali, satu dua hari. 



“Masyarakat harus diajak bicara dalam waktu yang optimal. Akhir April ini wacana UU ini baru muncul dan diseriusi pada Juli ini. Sebenarnya ini suatu proses yang mendadak, seolah-olah dipaksakan dapat selesai sebelum 17 Agustus. Kan tidak harus Agustus. Bila nanti proses ini berjalan, bila ada yang salah, bisa diperbaiki. Bila perlu, dihentikan dulu karena harus dikonsultasikan ke masyarakat,” tutur Anum lagi. 



Ini menurut Anum, seolah-olah dipaksakan untuk selesai pada 17 Agustus nanti agar rakyat bilang hore sehingga ada pihak yang mengatakan ‘ Ini rakyat, saya kasih kamu sesuatu, ayo bersyukur’ seperti Pak Theo (Theo Van denBroek) bilang, rakyat dikasih sesuatu lalu dipaksa bersyukur atau berterima kasihpadahal masyarakat tidak dalam situasi seperti itu. (Jubi/Aprila Wayar)

Sumber : www.tabloidjubi.com

1 komentar:

Anonim mengatakan...

hasil dialog di aceh adalah kepentingan khusus masyarakat di aceh yang persis sama dengan papua hanya dengan mengganti dasar agama Islam menjadi Kristen, kenapa tidak?

pembatasan gerak gerik non muslim di aceh adalah juga kebutuhan masyarakat papua untuk membatasi gerak gerik non kristen di tanah papua, kenapa tidak?

Posting Komentar

Silahkan Tuliskan Komentar Anda di Sini !!!